Rabu, 19 April 2017

Tuna Mata Besar


Mengenal Tuna Mata Besar (Bigeye Thuna) (Thunnus obesus)






Dikenal dengan sebutan Bigeye tuna termasuk jenis tuna besar, sirip dada cukup panjang pada individu yang besar dan menjadi sangat panjang pada individu yang sangat kecil. Warna bagian bawah dan perut putih, garis sisi pada ikan yang hidup seperti sabuk berwarna biru membujur sepanjang badan, sirip punggung pertama berwarna kuning terang, sirip punggung kedua dan sirip dubur berwarna kuning muda, jari-jari sirip tambahan berwarna kuning terang, dan hitam pada ujungnya. Menurut Reiner (1996), spesies ini mencapai panjang total maksimum 250 cm dengan panjang cagak rata-rata per individunya lebih dari 180 cm. Pada tahun 1957 pernah dilaporkan di Cabo Blanco, Peru sepanjang 263 cm dengan berat 197,3 kg, sedangkan pada tahun 1977 di Samudera Atlantik, tepatnya Maryland, USA seberat 170,3 kg dengan panjang cagak 206 cm. Ukuran panjang cagak normal yang tertangkap antara 40 cm dan 170 cm (Fonteneau dan Marcille Eds. 1991).

mempunyai ciri-ciri luar sebagai berikut: sirip ekor mempunyai lekukan yang dangkal pada pusat celah sirip ekor; pada ikan dewasa matanya relatif besar dibandingkan dengan tuna-tuna yang lain; profil badan seluruh bagian dorsal dan ventral melengkung secara merata; sirip dada pada ikan dewasa, 1/4-1/3 kali sirip dada pada anak ikan tuna (juwana) lebih panjang dan selalu melewati belakang sebuah garis yang digambar di antara tepi-tepi anterior sirip punggung kedua dan sirip anal Ikan dengan ukuran <75 cm (10 kg) mempunyai sirip dada yang lebih panjang dari pada ikan tuna sirip kuning dari ukuran-ukuran yang sebanding (Fukofuka dan Itano 2006).
Tuna mata besar tersebar di seluruh perairan di dunia baik di perairan tropis maupun subtropis yang meliputi perairan Samudera Atlantik, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik tetapi tidak terdapat di Laut Mediterrania. Tuna jenis ini bersifat epipelagik, mesopelagik, berada pada permukaan sampai kedalaman 250 m, dapat ditemukan pada perairan dengan suhu 13-29oC, tetapi batas optimumnya antara 17-22o.

ikan turbot




Ikan Turbot (Psetta maxima) adalah spesies laut bentik. Ikan ini termasuk dalam jenis ikan demersal karena hidup di dasar berpasir dan berlumpur, dari perairan dangkal hingga 100 m. Individu yang lebih muda cenderung tinggal di daerah dangkal. Cryptic, meniru warna substrat, dan bersifat karnivora, pada fase juvenil memakan moluska dan krustasea, dan pada ikan dewasa  makanan utamanya ikan dan cumi. Ikan ini banyak ditemukan di Laut Icelandic sampai ke Mediterrania. Ikan Turbot bertelur antara bulan Februari dan April di daerah Mediterania dan antara bulan Mei dan Juli di daerah Atlantic. Larva yang awalnya
simetris, tapi pada akhir metamorfosis (hari ke 40-50, 25 mm) mata kanan telah pindah ke kiri, memberikan bentuk yang asimetri. Sebelumnya dikenal sebagai Scophthalmus maximus.
            Semua spesies teleost (ikan bertulang) flatfish telah berevolusi untuk hidup pada atau dekat dasar laut. Mereka berbentuk datar karena mereka benar-benar berbaring di satu sisi tubuh mereka, dan mata yang akan berada di bawah bermigrasi ke sisi atas selama pengembangan awal. semua larva flatfish berenang bebas dan planktonik, dan berorientasi secara normal seperti ikan bulat bertubuh. Proses perubahan menjadi satu sisi dan menjadi datar disebut metamorfosis, dan dalam kasus turbot terjadi antara hari ke 14 dan Hari ke 25 setelah menetas. Sebenarnya ada 3 spesies flatfish di Eropa, semua termasuk dalam famili Bothidae yaitu, Atlantic turbot, Black Sea turbot, Brill.
Black Sea Turbot atau  yang disebut Kalkan, (Psetta maxima, mantan Psetta maeotica) telah menjadi salah satu yang paling populer dan tinggi nilai pasar ikan di Turki. Persaingan antara petani berhadapan dengan laut bass dan produksi ikan air tawar laut serta krisis ekonomi di seluruh dunia, telah menyebabkan sektor untuk mencari spesies ikan baru.
Oleh karena itu, prospek Kalkan diharapkan oleh petani ikan meningkat. Namun, di Turki, Kalkan berbudaya belum memberikan kontribusi di pasar, karena kekurangan informasi mengenai teknik membesarkan, bahkan setelah pembentukan teknik produksi benih Kalkan.
Persiapan wadah
Turbot dipelihara dalam wadah yang terbuat dari besi, beton, batu bata, atau fiber glass dengan kedalaman wadah kurang dari 100 cm dengan kedalaman air kurang dari 70 cm. Bentuk wadah bisa kotak, melingkar dan mengerucut. Turbot membutuhkan media air yang dingin, temperatur air tidak boleh lebih dari 18ºC karena jika lebih akan menyulitkan budidaya Turbot. Turbot membutuhkan air yang bersih. Untuk itu, suplai air harus bebas dari segala jenis larutan kimia ataupun kontaminasi biologis.
Untuk mengendalikan intensitas cahaya dan untuk meminimalkan perubahan mendadak peningkatan suhu air serta untuk mencegah perubahan mendadak salinitas dari hujan lebat, tangki pemeliharaan dalam ruangan juga bisa digunakan.
Ikan Turbot dapat kehilangan nafsu makan apabila dihadapkan dengan intensitas cahaya yang tinggi. Selain itu sinar matahari langsung memungkinkan tumbuhnya zat yang tidak menguntungkan di dalam tangki, sehingga Turbot sangat mudah terinfeksi parasit dan bakteri.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk budidaya ikan Turbot fasilitas indoor membutuhkan shading yang tepat. Untuk tujuan ini bahan industri murah harus dimanfaatkan untuk meminimalkan biaya investasi awal. Disarankan untuk menginstal ventilasi di bagian atas atap untuk melepaskan udara panas di daerah budidaya selama musim panas.
Pemilihan indukan masih banyak dilakukan dengan mengambil stok indukan dari alam bebas. Pakan untuk indukan berupa cincangan ikan-ikan kecil 13-17% dari total biomassa untuk indukan Turbot muda dan 5-9% dari total biomassa untuk indukan yang lebih besar tiap minggu. Selain itu diinjeksikan suplemen terutama vitamin C 600mg/kg ikan dan E 800mg/kg ikan tiap minggu.
Dalam penangkaran induk untuk rentang turbot dengan tangki bervolume 4-10 m3, dan biasanya penuh dengan ikan kepadatan hingga 10 kg/m2, dengan jantan : betina rasio 1:1. Tangki yang disertakan dengan suhu air yang dikendalikan dalam rangka mempertahankan kondisi optimum, biasanya mencerminkan kondisi di North Sea. Pertukaran air umumnya cukup rendah, tetapi aktif, air jarang diperlukan untuk induk turbot di sebagian penetasan di wilayah Eropa. Pemanasan air dari hatchery induk mungkin lebih diperlukan.
Perkembangan hatchery turbot tergantung pada pengendalian produksi telur yang dikeluarkan dari pemijahan kultivan. Teknik pemijahan pertama turbot terdiri dari pengumpulan telur yang dibuahi secara alami dalam tangki, dengan atau tanpa hormon synchronization.3-5. Sekarang pematangan alami diikuti oleh gamet pengupasan dari jantan dan betina lebih diminati dalam pembenihan.
Proses pemijahan
Turbot dapat distripping secara manual selama musim bertelur, dengan betina berovulasi beberapa kali selama musim, pada siklus yang bervariasi antara individu tetapi yang umumnya 2,5-3 hari. Bobot indukan biasanya bervariasi, dan jantan biasanya lebih kecil dari betina. Stripping biasanya dilakukan di luar tangki induk karena kemudahan penanganan turbot dewasa. Fertilisasi terjadi segera setelah pengumpulan telur, dan baik teknik basah dan kering dapat digunakan.
Setiap betina dapat bertelur beberapa kali, hingga 12 kali bertelur per musim. Jumlah telur yang dikumpulkan per kg betina tiap musim bertelur sangat bervariasi., rata-rata 430.000. Rata-rata jumlah yang layak embrio yang dihasilkan oleh pembuahan buatan tergantung pada keterlambatan diamati antara waktu ovulasi dan stripping. Setelah pengupasan, telur dan sperma dicampur tanpa air laut. Lima sampai sepuluh menit kemudian, air laut dituangkan di atas sel. Telur tersebut kemudian ditempatkan dalam inkubator. Nilai rata-rata dari tingkat viabilitas (embrio dikeluarkan dari telur dilucuti) adalah 33%. Hasil serupa mungkin diperoleh dengan pemijahan alami.
Inkubasi
Sekitar 80-90% dari telur yand distripping dari betina yang baik akan tampak benar-benar dibuahi dan mampu diinkubasi, dan ini dilakukan dalam bak berbentuk kerucut dengan volume sekitar 70 L. Pengendalian suhu air dan kebersihan sangat penting selama tahap ini - suhu optimum tampaknya berada di sekitar 12 º C, dan air biasanya disaring dan disterilkan dengan UV. Ada beberapa kecenderungan telur menggumpal bersama-sama, sehingga aerasi lembut umumnya digunakan untuk mencegah hal ini.
Telur mati yang turun ke bagian bawah bak kerucut selama inkubasi harus dihapus secara teratur untuk menjaga kualitas air. Untuk Itu bak inkubasi dapat dilengkapi dengan mekanisme pembilasan dasar, tapi tabung penyedot sederhana dari permukaan akan menghapus telur mati sangat efisien. Menjelang akhir inkubasi telur, (4 hari) telur dapat dijaring denagn lembut keluar dan permukaan disterilkan dengan asam peroxyacetic.
Pemeliharaan larva
            Larva yang baru menetas berukuran sekitar 3 mm, berat antara 0,1-0,2 mg, berbentuk simetris, dan vesikel yolk berkembang dengan baik. Saluran pencernaan dibedakan dan ditutup anterior, dan mata yang masih belum berfungsi. Ini adalah periode embrio. Antara hari ke 2 dan 3, mulut terbuka dan memakan secara eksogen dimulai sementara yolk sac cadangan dan globul minyak dengan cepat dimobilisasi dan akan menghilang pada hari ke 5 dan 7.
Setelah kuning telur habis,  makanan yang baik untuk larva Turbot adalah Nauplii dari calanoid copepoda karena kandungan asam lemak yang cocok untuk pertumbuhan larva. Selain itu dapat juga diberikan Rotifer Brachionus plicatilis (diberikan untuk larva berumur 10 hari) dan Brachiopod, Artemia (diberikan untuk larva berumur 3 hari).
Dalam perawatan larva ikan turbot pemberian antibiotik juga dibutuhkan. Antibiotik ditambahkan ke budidaya larva yang dapat diandalkan untuk mengontrol bakteri dan meningkatkan peluang merangsang kekebalan terhadap obat. Desinfeksi telur menggunakan yodium (I-PVP: beryodium-polyvinylpyrolidone di 4% o, selama 5 menit) dianjurkan.
Setelah menjalankan setiap penetasan, pemberian fasilitas desinfeksi diperlukan.

Tahap Penyapihan (Wheaning Phase)
            Menyapih dapat dimulai secara langsung dalam tangki larva 1 minggu sebelum perubahan fasilitas, tapi tangki khusus yang direkomendasikan untuk membatasi penanganan ikan selama penyapihan. Dua jenis tangki penyapihan yang digunakan yaitu, tangki melingkar dengan kerucut atau basis semi-bulat atau, datar, tangki melingkar atau persegi. Outlet harus dipasang dengan nilon keranjang jala besar yang diambil dari ketika makanan inert digunakan secara eksklusif. Tangki fiber glass 2 x 2 x 0,5 m yang paling umum.
Ukuran terbaik untuk pelet tergantung pada kadar air dan harus terus menerus disesuaikan dengan ukuran ikan. Makanan yang diberikan harus menarik ikan unntuk menyantapnya (bisa dengan diberi stimulan atau tekstur yang lembut). Ikan juga harus diberi air yang stabil untuk mencegah polusi yang berlebihan pada wadah.  Nutrisi yang harus mendapat perhatian lebih untuk juvenil turbot adalah HUFA dan vitamin. Protein dan lemak kasar berkisar antara 50-60% dan 10-15%.
Pelet basah digunakan pada awal penyapihan adalah diekstrusi melalui
lubang berukuran 630-1000
µm. Ukuran kering runtuh umumnya meningkat 400-600 (50-500 mg ikan) untuk 630-800 µm (500 sampai 1000 mg ikan) dan 1.5 mm setelahnya.
Hasil fase menyapih (Weaning phase) yang baik adalah, dalam kondisi yang baik, 50% larva mendapatkan asupan makanan buatan dan mencapai tingkat kelangsungan hidup sebesar 90% sampai hari ke-90 setelah penetasan dari telur. Hasil tersebut diperoleh pada skala percontohan (sebanyak 20.000 juvenil dari 100 mg berat awal).

Ikan Tiga Wajah

Klasifikasi ikan tiga wajah (Otolithes ruber, Bloch dan Schneide)


2.1       Klasifikasi
            Ikan tiga wajah adalah  Jenis ikan yang hidup diperairan dangkal dan banyak ditemui di bagian selatan Indonesia. Klasifikasi ikan tiga wajah (Otolithes ruber, Bloch dan Schneider) adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Animalia
Filum                : Chordata
Kelas               : Pisces
Subkelas          : Teleostei
Ordo                : Percomorphi
Famili               : Sciaenidae
Genus               : Otolithes
Spesies : Otolithes ruber Bloch dan Schneider
            Ikan ini memiliki nama local di masing-masing daerah antara lain yaitu :
Jawa Tengah dan Jawa Timur : Tiga wajah, ganglamo, grabag
Jawa Barat                               : Grabah, grabak, dan melontok
Indonesia                                  : Tiga wajah, jarang gigi, tetet, gelik.
            Ikan tiga wajah mempunyai ciri-ciri dengan kepala yang meruncing tumpul (lebar tubuh 4-5 kali dari panjang buku), tubuhnya agak sedikit membumbung, mulut besar, terminal, rahang bawah panjangnya lebih dari setengah panjang kepala. Posterior lubang hidung oval, menutupi mata, mendekati anterior lubang hidung bulat kecil, tulang punggung belakang ikan tiga wajah kira-kira setengah dari panjangnya rusuk. Jarak antara mata dan bibir atas ikan ini lebih panjang dari pada diameter mata. Gigi terdiri atas dua seri dengan dua gigi taring dirahang atas dan satu gigi taring di rahang bawah. Ikan tiga wajah memiliki sirip dorsal sebanyak 9-10 sirip keras diikuti oleh takik, lalu bagian kedua dari sirip mempunyai 2 sirip keras dan 7 sirip lunak, sirip keras kedua pendek dan lemah. Gelembung renang ikan ini mempunyai arborescent appendages sebanyak 32 sampai 36 pada ikan yang dewasa. Ikan tiga wajah mempunyai sisik sikloid dengan beberapa sisik ktenoid pada bagian bawah badan belakang. Garis rusuk ikan tiga wajah mencapai ujung dan sirip caudal. Warna ikan agak keperak-perakan D x 27 – 31 ; A II < ; LL 60 ; Gr 22- 27.
2.2       Biologi Reproduksi
            Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompokmya. Reproduksi merupakan aspek penting dalam pengelolaan suatu suatu sumberdaya perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktasi guna menjaga keberadaan populasinya ( Moyle and Cech,1988 )
            Ikan tiga wajah merupakan jenis hewan ovivar yakni jenis ikan yang menghasilkan telur dan membuahinya di luar tubuh, dengan jumlah telur yang banyak, berukuran kecil dan mengapung. Aspek reproduksi meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indek kematangan gonad (IKG), ukuran pertama kali kematangan gonad, fekunditas,diameter telur dan pola pemijahan. Penyatuan gamet jantang dan gamet betina (telur) akan membentuk zigod yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
            Pada umumnya proses reproduksi pada ikan dapat, di bagi dalam tahap, yakni tahap pra spawning, dan post spawning. Pada ikan tiga wajah perkembangan awal daur hidup terbagi limka periode perkembangan utama yaitu pendek telur, larva, juvenite, dewasa dan periode tua (senescent) (Balon 1975,1992)
2.3       Kebiasaan Makan
            Makanan merupakan factor yang sangat penting untuk pertumbuhan individu dan kelangsungan hidupnya. Pertumbuhan di pengaruhi kuantitas, kualitas dan ukuran makanan. Pertumbuhan yang optimal memerlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan. Fungsi dasar makanan bagi organisme yaitu pertumbuhan,perkembangan reproduksi dan kemampuan kelangsungan hidup dimana semua perlu energy yang berasal daei makanan ( Nikolsky, 1963 )
            Makanan utama yang berubah-ubah pada ikan tiga wajah adalah dari makanan utama berubah menjadi makanan pelengkap atau makanan tambahan menunjukan bahwa ikan tiga wajah memiliki selektif yang rendah atau bersifat generatif terhadap makananya. Perubahan ukuran pada ikan tiga wajah menyebabkan perubahan kesukaan terhadap jenis makanan yang di konsumsi. Pada ikan jantan relung terbesar terdapat pada selang ukuran 186 – 205 mm dan luas relung terbesar ikan betina terdapat pada ukuran 246 – 265 mm yaitu sebesar 8,849 dan 7,634.
            Ikan tiga wajah termasuk ikan karnivora dan tergolong ikan yang bersifat euryphagus dengan makanan yang umum di temui adalah ikan dan udang penaeid. Ikan tiga wajah ikan yang cenderung memilih makanan yang hampir sama dalam tiap ukuran akan tetapi terjadi pergeseran makanan utama menjadi makanan pelengkap atau tambahan dan ini menunjukan persaingan intraspesies yang terjadi cukup rendah.
            Makanan utama yaitu makanan yang di makan dalam jumlah besar,makanan pelengkap yaitu makanan yang sering di temukan dalam jumlah besar dan sering di temukan di saluran makanan tetapi jumlahnya sedikit, makanan tambahan yaitu makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan dalam jumlah sedikit dan makanan pengganti yaitu makanan yang di komsumsi jika makanan utama tidak tersedia.
2.4       Habitat
            Secara geografis ikan tiga wajah banyak di temui di bagian utara dan di bagian selatan Indonesia. Bagian utara Indonesia meliputi Sumatera (ranjang, padang pariaman, Bangka dan nias). Kalimantan bagian selatan Indonesia meliputi jawa (Jakarta, Cirebon, Tegal, Semarang dan Madura).
            Ikan tiga wajah merupakan ikan yang hidup di daerah muara pasir, pada perairan selatan mangrove muara sungai Berau Kalimantan Timur, komunitas ikan di dominasi oleh ikan-ikan family sciaenidae seperti otolithes ruber, Bloch dan Schneider. Ikan tiga wajah ini juga di temukan sepanjang bagian utara dan bagian selatan Indonesia sampai ke Qveensland (Australia), juga bagian barat sampai ke Afrika selatan dan utara sampai ke jepang. Ikan ini mempunyai daerah distribusi Afrika selatan, termasuk madagaskar, timur sampai ke laut Cina selatan dan Qveensland (Australia)

Ikan Lepu

Ikan Lepu





Lepu adalah sekelompok spesies ikan laut yang beracun yang tergabung dalam genus Pterois, Parapterois, Brachypterois, Ebosia atau Dendrochirus dari keluarga Scorpaenidae. Lepu merupakan spesies ikan predator. Ketika ikan lepu berburu, mereka akan menyudutkan buruannya dengan sirip besarnya dan dengan refleks cepatnya mereka menerkam buruannya sekaligus.
Ikan Lepu Ayam dikenal karena durinya yang panjang dan memiliki warna cerah mecolok dan menarik seperti merah, coklat, oranye, kuning, hitam atau putih berselang-seling. Kelompok ikan ini diklasifikasikan sebagai sebuah subfamili (Pteroinae) atau sebuah suku di bawah Scorpaeninae (Pteroini).
Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataKelas: ActinopterygiiOrdo: ScorpaeniformesFamily: ScorpaenidaeSubFamily: PteroinaeGenus: Pterois

ciri ciri :
  • Sirip dadanya besar dan membulat seperti kipas
  • Sirip punggungnya panjang
  • Pada bagian tubuhnya terdapat garis-garis
  • Sirip-sirip nya memiliki jari-jari yang keras (duri tebal)
  • Siripnya memiliki racun
  • Berwarna cerah mencolok dan menarik seperti merah, putih, coklat, oranye, hitam, kuning dan lain-lainnya

Ikan LIdah


Ikan Lidah

Ikan lidah (Cynoglossus lingua)  memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip punggung, sirip perut, sirip ekor, dan sirip anus. Tetapi ikan lidah tidak memiliki sungut, sirip dada, finlet, keel, scute, korselet, duri mata pisau dan duri pelindung. Ikan lidah memiliki bentuk tubuh nonbilateral simetris dan pipih mendatar, mata hanya berada pada satu sisi, tipe mulut inferior dengan lubang hidung monorhinous, dan kepala tumpul bersisik.
Ikan lidah memiliki tutup insang, sisik, gurat sisi, sirip punggung, sirip perut, sirip ekor, dan sirip anus. Tetapi ikan lidah tidak memiliki sungut, sirip dada, finlet, keel, scute, korselet, duri mata pisau dan duri pelindung.
Kingdom : animalia
Fillum: Chordata
Sub Fillum : vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Pleuronectiformes
Family : Cynoglossidae
Genus : Cynoglossus s
Spesies : Cynoglossus lingua
Tubuh ikan lidah nonbilateral simetris. Hal ini sesuai dengan literature bahwa ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral, yang mana jika tubuh ikan tersebut dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya ada ikan langkau (Psettodes erumei ) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus).
Ikan lidah tidak mempunyai sirip dada, dan memiliki tipe mulut yang inferior. mata ikan lidah terletak pada satu sisi dari badan sebelah kiri. Badan berwarna merah kecoklatan pada sisi yang bermata. Sirip ekor bersambung dengan sirip dubur dan sirip punggung. Ikan lidah tidak mempunyai sirip dada sedangkan sirip dubur berhubungan dengan sirip perut.
Ikan Lidah adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.  Ikan Lidah mengandung energi sebesar 104 kilokalori, protein 15,6 gram, karbohidrat 2 gram, lemak 3,2 gram, kalsium 30 miligram, fosfor 143 miligram, dan zat besi 2 miligram.  Selain itu di dalam Ikan Lidah juga terkandung vitamin A sebanyak 110 IU, vitamin B1 0,03 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Ikan Lidah, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 48 %.

Sumber :
Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Spesies:
Cynoglossus lingua
Nama Local:
Si pipih Cynoglossus lingua (Ikan lidah) yang unik
Nama Latin:
Cynoglossus lingua
Habitat:
Air Tawar
Distribusi:
Kalimantan Barat
Manfaat/Keunikan:
Memiliki bentuk tubuh pipih

Ikan Hiu


Ikan Hiu



Ikan Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping. Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari parasit, dan untuk menambah dinamika air. Mereka mempunyai beberapa deret gigi yang dapat digantikan.

Hiu mencakup spesies yang berukuran sebesar telapak tangan. Hiu pigmi, Euprotomicrus bispinatus, sebuah spesies dari laut dalam yang panjangnya hanya 22 cm, hingga hiu paus, Rhincodon typus, ikan terbesar yang mampu tumbuh hingga sekitar 12 meter dan yang, seperti ikan paus, hanya memakan plankton melalui alat penyaring di mulutnya. Hiu banteng,Carcharhinus leucas, adalah yang paling terkenal dari beberapa spesies yang berenang di air laut maupun air tawar (jenis ini ditemukan di Danau Nikaragua, di Amerika Tengah) dan di delta-delta.

Klasifikasi Ikan Hiu

Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Chondrichthyes
Subkelas
: Elasmobranchii
Superordo
: Selachimorpha
Ordo
: Carcharhiniformes
Famili
: Sphyrnidae
Genus
Sphyrna
Spesies
Sphyrna sp.

Ciri - Ciri Hiu

Hiu adalah salah satu hewan yang termasuk anggota Condrichthyes (ikan bertulang rawan). Hiu memiliki ciri-ciri utama yaitu :
  • Vertebrae hiu lengkap dan terpisah.
  • Rahang hiu dapat di gerakkan.
  • Hiu memiliki anggota gerak berpasangan.

Adapun ciri khas Ikan Hiu adalah sebagai berikut:
  • Kulit dengan sisik plachoid dengan kelenjar mucus.
  • Mulut ventral dilengkapi gigi email. Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada hubungan dengan rongga mulut, memiliki rahang atas dan bawah.
  • Skeleton berupa tulang rawan tidak ada tulang keras, vertebrae lengkap dan terpisah.
  • Hewan berdarah dingin, suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan.

Bagian tubuh Ikan Hiu bila diamati dari luar yaitu:
  • Kepala meruncing kearah anterior
  • Mulut transversal
  • Mata
  • Insang jumlah 5-7 yang masing masing lamelanya terpisah, tidak ada gelembung udara atau vesica natatoria
  • Sirip

Anatomi Hiu
Gigi

Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara langsung dan gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris gigi pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus bergerak maju seperti ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi semasa hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari sampai beberapa bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu persatu, kecuali hiu cookiecutter yang mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.

Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang memakan moluska dan krustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna untuk menghancurkan, hiu yang memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan mereka yang memakan mangsa yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih rendah untuk mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk memotong. Gigi pemakan plankton seperti hiu basking lebih kecil dan non-fungsional.

Kerangka

Kerangka hiu berbeda dengan tulang ikan dan vertebrata darat. Hiu dan ikan bertulang rawan lainnya memiliki kerangka yang terbuat dari tulang rawan dan jaringan ikat. Tulang rawan yang fleksibel dan tahan lama ini memiliki setengah kepadatan pada tulang. Hali ini mengurangi berat kerangka dan hemat energy. Hiu juga tidak memiliki tulang rusuk sehingga di darat hiu dapat menghancurkan berat badannya sendiri.

Rahang

Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan lengkungan tulang insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan yang berat untuk fisik hiu serta butuh kekuatan yang besar. Bagian ini mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut “tesserae”, yang merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti hewan lain.

Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi untuk spesies yang besar seperti hiu banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat dua sampai tiga lapisan bahkan lebih, tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu putih besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan. Pada moncongnya, tulang rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap kekuatan tekanan.

Sirip

Kerangka sirip hiu memiliki bentuk yang memanjang dan lembut serta tidak bersegmen, yang bernama ceratotrichia, filament protein keratin elastis yang menyerupai tanduk di rambut dan bulu. Kebanyakan hiu memiliki delapan sirip. Hiu hanya bisa menjauh dari benda-benda yang berada di depannya karena sirip mereka tidak memungkinkan mereka untuk bergerak menuju ekor pertama mereka.

Kulit

Berbeda dengan ikan bertulang belakang lainnya, hiu memiliki korset kulit kompleks yang terbuat dari serat kolagen fleksibel dan diatur sebagai jaringan heliks di sekitar tubuh mereka. Bagian ini bekerja sebagai kerangka luar yang memberi lampiran untuk otot renang mereka sehingga dapat menghemat energi. Pada zaman dulu kulit hiu telah digunakan sebagai amplas. Kulit gigi mereka memberi keuntungan hidrodinamik karena mengurangi turbulensi saat berenang.

Ekor

Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya bervariasi dari satu jenis dengan jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi dorongan, memberi kecepatan dan percepatan tergantung bentuk ekornya. Hiu memiliki sirip ekor heterocercal di mana bagian punggungnya biasanya terasa lebih besar dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang belakang hiu meluas ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan yang lebih besar untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih efisien pada ikan bertulang rawan apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki tulang yang paling menyerupai sirip caudal homocercal.

Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang memberikan daya maksimum untuk penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan mendadak. Hiu harimau mampu memutar dan mengubah arah di dalam air dengan mudah ketika berburu untuk mendukungnya mendapat makanan, sedangkan porbeagle, yang berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring memiliki lobus yang lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang mangsanya.

Anatomi Internal

Anatomi internal tubuh hiu berbeda dengan ikan yang memiliki tulang sejati (tulang keras). Salah satu perbedaan utama adalah bahwa semua hiu memiliki kerangka kartilago. Penyayatan perut dari panggul sirip ke sirip dada organ pertama ditemui adalah hati. Hati menempati sebagian besar rongga tubuh hiu. Hati hiu berukuran besar, lembut dan berminyak. Organ ini terdiri dari hingga 25% dari total berat badan.

Hati hiu memiliki dua fungsi. Yang pertama adalah sebagai penyimpan energi karena semua cadangan lemak disimpan di sini. Fungsi kedua hati adalah untuk organ hidrostatik. Pelumas yang lebih ringan dari air disimpan dalam hati. Hal ini mengurangi kepadatan sehingga memberikan daya apung tubuh untuk mencegah tenggelamnya hiu. Selain hati, lambung dapat dilihat di dalam rongga tubuh. Di dalam perut hiu sering ditemukan isi makanan terakhir.

Perut hiu sendiri berakhir pada penyempitan yang disebut pilorus, yang mengarah pada duodenum dan kemudian ke katup spiral usus. Katup spiral usus adalah organ yang digulung secara internal berfungsi meningkatkan luas bidang permukaan untuk membantu penyerapan nutrisi. Katup spiral usus bermuara di rektum dan anus yang pada gilirannya akan bermuara di kloaka. Kloaka adalah ruang tempat saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran kelamin yang terbuka ke luar.

Di dalam rongga tubuh juga terdapat pancreas yang merupakan kelenjar pencernaan dengan dua lobus merah muda. Selan itu terdapat dua organ lain yang tidak termasuk dalam sistem pencernaan. Yang pertama adalah limpa, yang merupakan organ gelap di dekat perut yang dimiliki oleh sistem limfatik. Yang kedua adalah kelenjar dubur, organ kecil yang terbuka oleh saluran ke dalam anus. Karena berfungsi sebagai kelenjar garam, membuang kelebihan natrium klorida (garam) dari darah.

Sistem Rangka

Hiu serta anggota kelas chondrichthyes lainnya memiliki tulang kartilago cranium sempurna, organ pembau dan kapsul otak bergabung menjadi satu. Eksoskeleton hiu merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago palate-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah. Rahang hiu bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen hiomandibula dari lengkung insang kedua.

Umumnya struktur (alat gerak) hiu bagian depan lebih rumit daripada belakang. Alat gerak hiu berupa sirip. Tulang di bagian ventral dari pusat sirip ikan hiu disebut korakoid, sedangkan yang memanjang ke arah dorsal di bagian tepi sirip disebut skapula. Selanjutnya untuk kelompok ikan ini, tulang gigi berasal dari dermal. Tulang-tulang panggul hiu lebih sederhana daripada bagian gelang bahu dan hampir melekat pada columna vertebralis.

Sistem Peredaran Darah Hiu

Sistem peredaran darah/sirkulasi pada ikan hiu merupakan sistem sirkulasi tunggal. Jantung hiu terdiri atas atrium, ventrikel, sinus venosus, conus arteriosus yang keluar dari ventrikel. Jantung ikan hiu hanya terisi darah yang yang tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung hiu dipompa menuju ke insang untuk di isi oksigen kemudian diedarkan keseluruh tubuh.

Jantung ikan hiu hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan ventrikel. Dengan konus atau bulbus arteriosus. Sebelum memasuki atrium terlebih dahulu melewati sinus venosus, dari atrium darah kemudian di salurkan ke ventrikel. Kemudian di pompa kearah konus arteriosus menuju ke aorta ventral. Dari aorta ventral darah disalurkan ke insang. Melewati arteri brankia aferentia, selanjutnya dari arteri brankia eferen darah mengumpul pada aorta (arcus aortikus)yang akan menjadi aorta ventral dan dorsal.

Pada saat perkembangan embio, hiu memiliki 6 buah lengkung aorta, meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau mengalami modifikasi. Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan vena kardinalis yang merupakan gabungan pembuluh vena kardial anterior dan posterior.

Darah dari kepala hiu dikumpulkan oleh vena kardial anterior dan darah dari ginjal dikumpulkan oleh vena jardinal posterior. Pembuluh cuvier adalah pembuluh vena latero abdominalis yang menerima darah dari dinding tubuh dan alat gerak. Sistem portalrenalis terdiri dari vena kaudal dan dua pembuluh portal ginjal. Sistem portal hepatic mengalirkan darah dari lambung dan usus kemudian kembali ke hati sesudah itu masuk ke sinus venosus melalui vena katup untuk mencegah darah kembali ke jantung.

Sistem Respirasi Hiu

Insang merupakan ciri pernafasan pada ikanpada umunya, termasuk hiu. Secara embriologis celah insang hiu tumbuh sebagai hasil dari serentetan evaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi dari luar. Setiap kali mulut hiu dibuka maka air dari luar akan masuk ke faring kemudian keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa keluar masuknya air ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filament insang. Ikan hiu memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang disebut dengan spirakel.

Bentuk Adaptasi Ikan Hiu

Adaptasi Morfologi

  • Tubuh streamline
  • Memiliki sirip dorsal, sirip pelvik, sirip anal, sirip kaudal, dan sirip pektoral, untuk berenang
  • Memiliki gigi yang tajam, untuk merobek-robek mangsanya
  • Tubuh bagian atas berwarna gelap/sesuai dengan warna air laut dan tubuh bagian bawah berwarna cerah/putih, untuk berkamuflase
Adaptasi Fisiologi

  • Mengeluarkan urin yang lebih pekat dan sedikit, untuk menurangi kepekatan cairan tubuhnya dan untuk mengimbangi banyaknya air yang keluarnya dari dalam tubuhnya
  • Memiliki reseptor pada gurat sisi dan ampula lorenzini, untuk mendeteksi medan elektrik yang lemah yang dihasilkan oleh denyut jantung, gerakan insang dan otot2 renang mangsa empuknya
  • Telinga hiu dilengkapi oleh sel yang peka terhadap tekanan disepanjang tiap sisi tubuhnya, untuk mendeteksi gerakan meronta dari ikan lain
  • Darah mereka yang hangat, mempercepat pencernaan dan menambah kekuatan serta ketahan mereka
Adaptasi Tingkah Laku

  • Berenang sampai mendekati pantai untuk menemukan mangsa (anjing laut, penguin, dll)
  • Berenang dengan sangat cepat sampai mencapai 88 km/jam, untuk mengejar mangsanya yang gesit dan cepat
Sistem Pencernaan Hiu

Sistem pencernaan hiu terdiri dari mulut. Farink, oesofagus yang pendek, Lambung, usus dan bermuara ke anus ;

  • Mulut trasversal diperkuat oleh gigi yang sama dengan sisik placoid. Gigi setiap kali tanggal diganti dengan gigi yang baru.Mulut merupakan tempat masuknya makanan.hiu memiliki gigi yang berkembang dengan baik yang membuatnya ditakut oleh organism lain.
  • Farink terdapat celah insang dan spirakel.
  • Kerongkongan, Ikan hiu memiliki kerongkongan yang&nbsp; yang pendek dan lebar hampir tidak terlihat dari lambung.
  • Lambung, Merupakan tempat pancernaan secara kimia dan mekanik.
  • Usus memiliki klep spiral yang berfungsi memperluas bidang penyerapan dan memperrpanjang proses digesti.
  • Rectum, dari usus makanan kemudian disalurkan ke rectum dan kloaka. Dari kloaka sisa sisa makanan nantinya disalurkan keluar tubuh. Selain berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa makanan kloaka juga berfungsi sebagai tempat pengeluaran kencing dan sebagai saluran reproduksi.
Sistem Eksresi Hiu

Sistem eksresi pada ikan hiu terdiri dari sepasangan ginjal Urine dikumpulkan dalam tubulus segmental lalu menuju ke ureter dikeluarkan kepapila urogenitalis dan bermuara di kloaka bagian dorsal.

Sistem Reproduksi Hiu

Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual antara jantan dan betina. Hiu jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi claspers sirip pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan Claspers terbentuk dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki testis. Testis internal terletak di ujung anterior tubuh di dalam rongga organ epigonal. Kantung kemih dan saluran reproduksi bergabung bersama untuk membentuk sinus urogenital. Dari sinus urogenitak ini akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur dari claspers dan kemudian disampaikan ke betina selama kopulasi.

Pada hiu betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di anterior dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau tidak ada telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau membran dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. Beberapa hiu menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat melindungi anaknya. Dalam spesies lain telur berkenbang dan menetas didalam rahim betina. Telur yang dihasilkan oleh tiap spesies sangat bervariasi. Ukuran diameter telur hiu sekitar 60 atau 70 mm dan terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya dapat mencapai 300 mm.

Selama sanggama hiu jantan dan betina berhadapan. Hiu jantan memasukkan salah satu claspers ke dalam kloaka betina. Sperma terkandung dalam paket sperma yang disebut spermatophores. Sperma ini kemudian disalurkan ke hiu betina melalui saluran clasper. Perbedaan lain antara hiu jantan dan betina dari beberapa spesies ikan hiu adalah ketebalan kulit mereka. Kulit hiu biru betina hampir dua kali lebih tebal dibandingkan hiu jantan. Hal ini diyakini karena kekejaman perkawinan. Jantan akan sering menggigit betina selama kopulasi sehingga meninggalkan hiu betina dengan keadaan luka. Tanpa ketebalan ekstra betina kulit bisa terluka parah.

Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Secara umum kebanyakan hiu bersifat ovovivipar, namun ada beberapa hiu yang bertelur. Bentuk yang paling maju disebut viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina menyediakan makanan bagi embrio yang ada dalam tubuhnya. Makanan ini disebut sebagai sekresi susu uterus atau melalui koneksi plasenta.

Reproduksi hiu yang kedua disebut ovoviviparity. Hal ini mirip dengan viviparity karena telur dibuahi, menetas dan berkembang di dalam tubuh hiu betina kemudian anak di lahirkan. Dalam hal ini embrio tidak menerima makanan langsung dari ibunya melainkan dari cadangan makana daris sel telur. Cara reproduksi hiu yang terakhir adalah oviparity. Telur hiu diletakkan di ganggang atau koral. Setelah telur aman telur tidak menerima perlindungan atau makanan dari induknya.

Sistem Saraf dan Indera Hiu

Sistem Saraf pada Hiu
1. Systema Nervossum Central (SNC) yang terdiri dari otak dan Medulla Spinalis.
2. Systema Nervossum Peripherium (SNP) yang terdiri dari 10 pasang Nervus Cranialis dan Nervus Spinalis.
3. Systema Nervus Otonom (SNO) yang terdiri dari Nervus Sympaticus dan Nervus Parasympaticus yang bekerja antagonis.


Sistem Indera Hiu
Sistem indera terdiri dari sacous olfactorius atau cekungan hidung, organon vesus atau mata, organon auditorius yang berfungsi untuk mendengar, dan gurat sisi.

Tuna Mata Besar

Mengenal Tuna Mata Besar (Bigeye Thuna) (Thunnus obesus) Dikenal dengan sebutan Bigeye tuna termasuk jenis tuna besar, sirip...